Anatomi, Fisiologi, dan Patofisiologi yang terkait dengan terapi Bekam (Al-Hijamah)

Anatomi, Fisiologi, dan Patofisiologi yang terkait dengan terapi bekam (Al-Hijamah).

Bekam adalah metode pengobatan tradisional yang melibatkan penempatan cangkir (kop) pada kulit untuk menciptakan hisapan (tekanan negatif). Tujuannya adalah untuk memobilisasi dan mengeluarkan darah statis atau toksin dari bawah kulit.

Anatomi Bekam

Anatomi bekam tidak hanya berfokus pada struktur tubuh secara umum tetapi lebih spesifik pada titik-titik bekam dan lapisan kulit.

  • Lapisan Kulit: Bekam berinteraksi terutama dengan lapisan kulit (epidermis, dermis, dan hipodermis) dan jaringan di bawahnya.

    • Pada bekam basah, sayatan atau tusukan yang dilakukan sangat dangkal, hanya mencapai lapisan epidermis dan dermis (kulit jangat), bukan pembuluh darah besar.

    • Darah yang keluar umumnya berasal dari pembuluh kapiler dan venula superfisial yang sudah statis atau mengandung zat sisa metabolisme.

  • Titik Bekam: Penentuan lokasi bekam sering kali didasarkan pada:

    • Titik Nabi (Nabawi): Titik-titik tertentu yang dianjurkan dalam ajaran Islam. Contohnya adalah Al-Kahil (sekitar tulang leher C7).

    • Titik Meridian/Akupunktur: Titik-titik energi yang digunakan dalam Pengobatan Tradisional Cina (TCM), yang dipercaya sebagai jalur aliran Qi (energi) dan Darah.

    • Titik Anatomi/Saraf: Lokasi yang relevan dengan keluhan, seringkali di atas area nyeri, kekakuan otot, atau di sepanjang jalur saraf tertentu (misalnya, dekat saraf spinal yang keluar dari tulang belakang).


Fisiologi Bekam

(Mekanisme Kerja)

Fisiologi bekam menjelaskan bagaimana mekanisme hisapan dan perlukaan (pada bekam basah) memengaruhi tubuh.

1. Efek Tekanan Negatif (Hisapan)

  • Vakum dan Ekstravasasi: Hisapan menyebabkan kulit dan jaringan di bawahnya terangkat. Ini menciptakan kondisi hipoksia lokal (kekurangan oksigen) dan meningkatkan tekanan di pembuluh kapiler, memaksa cairan jaringan dan darah (terutama darah statis) dari pembuluh kecil ke permukaan kulit di bawah cangkir.

  • Peningkatan Sirkulasi: Vakum dan pelepasan mediator kimia (misalnya Nitrit Oksida - NO) menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) di area yang dibekam, yang meningkatkan aliran darah (mikrosirkulasi) dan suplai oksigen/nutrisi ke jaringan sekitarnya.

2. Efek Detoksifikasi (Bekam Basah)

3. Efek Penghilang Nyeri dan Anti-inflamasi

  • Teori Gerbang Kontrol Nyeri (Gate Control Theory): Rangsangan mekanis (hisapan) dan nyeri ringan (sayatan) yang ditimbulkan oleh bekam dapat menghambat transmisi sinyal nyeri dari area yang sakit ke otak, menutup "gerbang" nyeri.

  • Pelepasan Endorfin: Bekam merangsang pelepasan endorfin dan enkefalin (morfin alami tubuh) yang memiliki efek analgesik (penghilang rasa sakit).

  • Modulasi Inflamasi: Bekam memicu peradangan lokal buatan yang sehat. Di satu sisi, ia melepaskan mediator inflamasi yang mengaktifkan sistem kekebalan. Di sisi lain, dengan mengeluarkan zat-zat pemicu nyeri (prostaglandin, bradikinin), bekam juga memiliki efek anti-inflamasi (mengurangi peradangan dan pembengkakan).


Patofisiologi Bekam

Patofisiologi bekam menjelaskan peran bekam dalam konteks kondisi penyakit (patologi) dan bagaimana ia mengembalikan fungsi normal tubuh (fisiologi).

Bekam diyakini bekerja dengan memutus siklus patologis yang umum terjadi pada banyak penyakit kronis atau nyeri muskuloskeletal:

  • Stasis Darah dan Oksigenasi: Pada kondisi patologis seperti nyeri kronis atau kekakuan otot, sering terjadi stasis darah (darah yang mengumpul dan tidak mengalir lancar) dan hipoksia jaringan (kekurangan oksigen) lokal.

    • Bekam mengatasi hal ini dengan menarik darah statis ke permukaan dan meningkatkan mikrosirkulasi, membawa darah segar dan oksigen kembali ke jaringan yang sakit.

  • Akumulasi Toksin dan Mediator Nyeri: Penyakit atau trauma dapat menyebabkan penumpukan zat-zat berbahaya atau mediator nyeri (seperti asam laktat, kristal asam urat, atau zat peradangan) di area lokal.

    • Bekam basah secara fisik mengeluarkan zat-zat ini melalui sayatan, sementara bekam kering membantu memobilisasi zat-zat tersebut agar dapat diangkut dan dibuang oleh sistem limfatik dan darah.

  • Gangguan Imunitas: Bekam dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan:

    • Memicu respons inflamasi lokal yang "terkontrol".

    • Meningkatkan produksi produk imun seperti interferon dan faktor nekrotikan tumor.

    • Meningkatkan aliran getah bening di sistem limfatik.

Secara keseluruhan, patofisiologi bekam adalah tentang penggunaan trauma mekanis dan tekanan negatif terkontrol untuk mereset kondisi lokal jaringan, mengeluarkan zat patologis, dan memperkuat respons penyembuhan alami tubuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anjuran dan Hadits Bekam

Apa itu Bekam (Cupping Therapy) atau Al Hijamah?